Bolehkah Mendakwahi non-Muslim ? (Ilmu Dakwah Islam) - Dakwah, menyampaikan pesan Islam kepada non-Muslim,
adalah kewajiban umat Islam. Allah SWT memerintahkan dan menuntun kita dalam Al
Qur'an untuk melakukan dakwah (dengan aturan-aturan tertentu):
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk." (QS. 16:125)
Empat kata kunci yang harus digarisbawahi dalam
ayat ini adalah "serulah", "manusia", "pelajaran yang
baik", dan "cara yang baik". Banyak pendakwah dan organisasi Islam
di seluruh dunia menjalankan kegiatan-kegiatan dakwah mereka berdasarkan ayat
ini.
Bagi mereka, mengundang seseorang untuk masuk Islam
berarti dengan lembut mengajak, peduli, santun, dan sebagainya. Sebagai contoh,
kita tidak bisa “mengundang” seorang non-Muslim untuk memahami tentang Islam,
atau belajar Islam, atau membuat dia tertarik kepada Islam, dengan memanggilnya
kafir, manusia najis, atau nama-nama buruk lainnya. Rasulullah s.a.w bahkan
tidak membolehkan para penyembah berhala (yang bukan saja menentang ajaran
Rasulullah, tapi juga melemparinya dengan kotoran unta, mengasingkan umat
Muslim selama tiga tahun dan membunuh sahabat-sahabat terdekatnya, dan sebagainya)
dicela dalam sebuah puisi bernada sarkasme oleh Hassan bin Tsabit yang
mengatakan “Bagaimana kalau sebenarnya aku bersaudara dengan mereka?” (H.R.
Bukhari, dari Aisyah)
Kita
harus mengikuti sunnah Rasulullah s.a.w dengan tidak menghina orang lain.
Dengan begitu, kita harus memiliki akhlaq yang baik, seperti yang diajarkan
oleh Islam, dan dengan demikian menjadi penyeru-penyeru Islam yang terbaik, dan
begitulah seharusnya sifat para da’i sejati. Seorang Muslim yang membuat nama
Islam menjadi buruk dengan berperilaku ekstrim, keras, emosinya tinggi, tidak
mau mendengarkan pendapat orang lain, berpikiran sempit, dogmatis, dan hal-hal
lain yang tidak diajarkan dalam Islam, hanya akan membuat pekerjaan para da’i
menjadi lebih sulit. Orang-orang seperti itu hanya membuat nama Islam semakin
buruk di zaman sekarang, dimana banyak orang yang berpandangan negatif terhadap
Islam.
Kita
juga harus mengingat perintah dari Allah kepada Nabi Musa a.s dan Harun a.s:
“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun,
sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut."
(Qur'an 20:43 -44)
Bahkan
kepada Fir’aun, yang telah membunuh banyak orang tak bersalah dengan merebusnya
dalam ketel minyak yang mendidih, yang telah mengaku dirinya sebagai tuhan, kita
harus berbicara dengan lemah-lembut, apalagi kepada orang-orang yang lebih baik
daripadanya.
Kata
penting berikutnya adalah “manusia.” Ini berarti SEMUA MANUSIA, tanpa terkecuali. Setiap non-Muslim adalah calon muallaf
yang bisa mendapatkan hidayah meskipun mereka sangat anti-Islam atau
berperangai buruk. Ingatlah bahwa Umar bin Khattab r.a dan Khalid bin Walid
r.a, sebelum mereka berdua masuk Islam adalah orang yang sangat anti-Islam.
Seorang Muslim tidak boleh terlalu memilih-milih kepada siapa dia berinteraksi.
Setidaknya ada tiga alasan untuk hal ini:
1.
Lebih baik bagi kita untuk menjelaskan Islam kepada siapapun, meskipun sikap
mereka memusuhi, sinis, dan kritis, daripada membiarkan mereka belajar sendiri
dan ternyata belajar dari sumber yang salah, atau lebih buruk lagi, belajar
dari website-website anti-Islam, dsb. Dengan berdakwah, setidaknya kita bisa
mengenalkan ajaran Islam yang sebenarnya kepada mereka. ‘Menurut anda ini hanya
buang-buang waktu? Bacalah alasan nomor 2.
2.
Tujuan berdakwah bukanlah untuk menjadikan non-Muslim masuk Islam, melainkan
untuk menyampaikan pesan Islam kepada mereka dengan cara terbaik yang kita
bisa, dan hal itu berarti “dengan hikmah dan pengajaran yang baik.” Penerimaan
atau penolakan mereka terhadap Islam terserah kepada mereka. Kesuksesan dari
dakwah tidak berada di tangan kita. Hanya Allah yang punya kekuatan memberikan
hidayah (petunjuk) kepada siapapun yang dikehendaki-Nya, bahkan Nabi Muhammad
s.a.w pun tidak punya kekuatan untuk hal itu. Ingatlah bahkan Nabi Muhammad
s.a.w tidak bisa mengislamkan Abu
Thalib, pamannya sendiri,.
3.
Seorang Muslim yang pernah mencoba untuk mendapatkan perhatian dari non-Muslim
tentu pernah mengalami kesulitan dalam berdakwah. Tentu saja berdakwah kepada
non-Muslim tidak semudah berdakwah kepada Muslim yang taat, misalnya mereka
yang sering pergi ke masjid, menghadiri ceramah Islam, seminar, program dakwah,
dsb, dan mereka yang sudah tertarik kepada Islam.
Kata
kunci berikutnya pada ayat 16:125 adalah “hikmah” dan “pelajaran yang baik.”
Mari kita bahas keduanya, secara singkat. Kita harus menyiapkan strategi yang
efektif agar dakwah kita kepada non-Muslim berhasil. Salah satu strategi yang
cukup sukses akan dijabarkan sebagai berikut:
PANDUAN UNTUK BERBICARA KEPADA NON-MUSLIM TENTANG ISLAM
TUJUAN: Untuk menyampaikan pesan Islam, dan berbagi
keindahan Islam.
Tujuan
kita BUKANLAH untuk mengislamkan non-Muslim, karena non-Muslim tersebut
haruslah membuat keputusan untuk masuk Islam dengan hatinya, tidak boleh karena
terpaksa. Tentu saja, jika dia memilih untuk masuk Islam, Alhamdulillah; dan
kita akan memberikan semua bantuan yang dia butuhkan pada saat dan setelah dia
masuk Islam. Peran kita adalah menolong orang itu untuk menemukan jati dirinya,
dan untuk menemukan arah dan tujuan yang benar dalam hidupnya. Mendalami ajaran
Islam adalah sebuah perjalanan ruhani baginya, dan dia akan menerima pertolongan
dan petunjuk dari Allah; peran kita hanyalah untuk membantunya sebaik mungkin
dalam perjalanannya.
PRINSIP-PRINSIP
A. PENDEKATAN
1. Metode untuk mendekati seorang non-Muslim
tergantung pada kita. Salah satunya adalah dengan berdiskusi secara pribadi,
sehingga non-Muslim itu merasa lebih dekat dengan Islam. Sebelum membicarakan
tentang Islam, kita harus mengenal dirinya lebih dahulu – tanyakan tentangnya,
keluarganya, pekerjaannya, dsb (tapi hanya jika dia mau menceritakannya).
Jadilah seorang teman yang tulus baginya. Pedulilah pada dirinya. Ini adalah
bagian dari dakwah Islam. Menjadi seorang Muslim yang baik adalah metode dakwah
yang terbaik. Dengan mengetahui lebih banyak tentangnya, anda juga bisa
merencanakan pendekatan dan strategi paling efektif untuk mengajarkan Islam
kepadanya. Setiap orang itu berbeda, dan butuh pendekatan yang berbeda-beda.
Cobalah juga untuk mengetahui seberapa banyak yang dia tahu tentang Islam, dan
tentang kesalahpahaman, masalah, atau keraguan yang dia miliki berkenaan dengan
Islam. Berkenaan dengan bagaimana caranya memulai pembicaraan, seorang da’i
yang berpengalaman biasanya memulai pembicaraan tentang Islam dengan suatu
topik. Sebuah pertanyaan pembuka yang bisa dicoba misalnya: “Bagaimana anda
tahu tentang Islam pertama kalinya?” Atau “Apakah anda tahu ada buku tentang
Islam yang bagus?” Atau tanyakan padanya tentang berita di media-media yang menyorot
tentang Muslim, dan setelahnya tanyakan padanya apakah dia tahu tentang Islam
dan Muslim. Lakukan ini dengan lemah-lembut, dan ramah – jangan membuat diskusi
ini terlihat seperti wawancara atau bahkan yang lebih parah lagi, seperti
interogasi. Tariklah dirinya, biarkan dia yang lebih banyak bicara, dan
bantulah dia untuk merasa senyaman mungkin. Tergantung pada situasinya,
lanjutkan diskusinya atau bawakan beberapa buku Islam padanya.
2.
Jangan habiskan terlalu banyak waktu membicarakan Islam dengan orang-orang yang
biasa anda temui. Berikan pengetahuan tentang Islam kepadanya sedikit demi
sedikit, agar dia lebih mudah memahaminya. Jangan pernah langsung memberikan
buku atau Quran begitu saja. Selalu mulai dengan sebuah brosur kecil, dan
dilanjutkan dengan artikel. Sedangkan Al-Qur’an atau buku-buku mengenai Islam
lebih baik diberikan setelah dia berulang kali memintanya. Jangan pernah
memberikan lebih dari satu buku pada jangka waktu yang dekat, dan ikuti
perkembangannya apakah dia telah membaca bukunya atau belum, dan tanyakan
padanya beberapa pertanyaan.
3.
Cobalah untuk mengetahui latar belakang dari non-Muslim tersebut. Ini akan
membantu kita untuk merencanakan pendekatan yang paling sesuai dalam berdakwah.
Non-Muslim tidak sama. Setiap dari mereka saling berbeda, masing-masing punya
tantangan tersendiri, dan masing-masing mungkin membutuhkan pendekatan yang
berbeda. Sebagai contoh, ada orang yang cenderung mempertanyakan segalanya dan
seringkali cukup skeptis – seorang pendakwah harus menjelaskan segala
sesuatunya dengan mendetil, memberikan penjelasan yang masuk akal untuk
meyakinkan mereka. Sebagian lagi cendrung menghadapi masalah dengan keluarga
mereka jika mereka masuk Islam.
.
4.
Jadilah rasional (jangan emosional), dan lembutlah dalam pendekatan anda,
meskipun jika dia agresif atau marah, atau bahkan menghina anda. Tetaplah
menghargainya. Allah telah memberikan akal kepada setiap orang untuk berpikir
dan hati untuk merasakan, dan dia terikat dengan pendapat dan perasaannya
sendiri. Hindari konfrontasi, dan jangan merasa bahwa ada “peperangan” atau perdebatan
yang harus anda “menangkan.”
5.
Jangan terlalu bersemangat atau melebih-lebihkan dakwah anda. Ketika anda
melihat bahasa tubuh atau raut wajahnya terlihat seperti kehilangan
ketertarikan, hentikanlah diskusinya. Anda harus meredakan tensinya, misalnya
dengan menawarkan minuman, atau memperkenalkannya dengan teman-teman dakwah
anda yang lain. Ingatlah bahwa dakwah adalah proses yang panjang, dan tidak
bisa dilakukan hanya dalam satu pertemuan, atau dalam beberapa pertemuan –
dakwah memerlukan usaha yang konsisten dan kesabaran.
6.
Biarkan dia yang menentukan ritmenya. Untuk setiap orang, belajar Islam adalah
pengalaman yang sangat pribadi, dan penting bahwa dia punya waktu untuk
mencernanya sendiri. Jangan tentukan batasan waktu apapun, melainkan dengan
lembut tuntunlah dia setahap demi setahap sampai dia siap. Sangat penting agar
dia tidak merasakan tekanan apapun, karena hal ini akan membuat kerangka
berpikirnya salah dan tidak mengetahui kebahagiaan dan ketenangan dari ajaran Islam.
7.
Dakwah adalah pertukaran pikiran dan pandangan. Buatlah perbincangannya menjadi
dua arah, bukan hanya satu arah yang dikemukakan oleh sang da’i saja. Banyak
non-Muslim yang meskipun memiliki pengetahuan yang sangat sedikit tentang
ajaran Islam, namun memiliki gagasan dan kepercayaan yang mirip dengan Islam.
Mereka juga seringkali mengemukakan komentar-komentar dan sudut pandang yang baik
dan bijaksana, yang benar-benar berguna bagi sang da’i.
8.
Jika target kita berjumlah lebih dari lima orang, diskusinya dapat diubah
menjadi seperti memberikan ceramah kepada suatu kumpulan orang. Dalam kasus
seperti ini, lakukan sesi tanya-jawab setelah ceramah dan bagikanlah brosur setelah
ceramah. Atau bisa juga dibentuk kelompok diskusi. Kelompok diskusilah yang
terbaik dimana sang pendakwah lebih punya banyak kesempatan untuk mendekatkan
diri dengan orang-orang baru.
9.
Debat terasa tidak cocok dengan metode berdakwah. Debat pada prinsipnya adalah
kita berusaha menjatuhkan lawan dengan mengekspos dan menyerang kelemahan lawan
yang kita ketahui. Debat dapat menjadi hiburan bagi Muslim, tapi merupakan
sebuah siksaan bagi grup lawan; dan hal ini tidak akan bisa menarik simpati
mereka. Seringkali, seorang pendakwah memenangkan debat tapi tidak dapat
menarik simpati orang yang didebat, sehingga membuat segala usahanya sia-sia.
10.
Penyebaran brosur dan dakwah dari satu rumah ke rumah lainnya adalah metode
yang juga dapat dicoba dalam berdakwah. Penyebaran brosur bagaikan menebar
benih dari sebuah pesawat terbang, sebagian akan jatuh di atas bebatuan,
sebagian lainnya di sungai, di gurun, dan sebagian di tanah yang subur sehingga
tumbuhlah benih itu. Ketika menggunakan pendekatan ini, buatlah brosurnya
simpel dan bisa dibaca dalam waktu tiga sampai lima menit. Brosur ini harus
memuat alamat dan nomor telepon dari organisasi dakwah anda. Sebuah organisasi
misionaris Kristen telah berhasil melakukan penyebaran agama dengan sistem
‘ketuk pintu.’ Dalam kasus ini, kita harus sopan dengan meminta izin untuk
memasuki rumah non-Muslim tersebut. Pertemuannya harus disudahi ketika anda
melihat wajah atau bahasa tubuh sang tuan rumah sudah tidak nyaman. Kunjungan
berikutnya harus didasarkan pada kesediaan tuan rumah dan kenyamanannya.
B. ISI
1.
Kenalkan keindahan Islam seperti misalnya ketauhidan dan hubungan antara
manusia dengan Tuhannya. Mulailah dari aspek yang positif.
2.
Sebisa mungkin, tetaplah membahas prinsip-prinsip yang utama dan penting dalam
Islam. Cobalah menghindari masalah-masalah (ikhtilaf) yang kurang penting, misalnya
permasalahan Sunni-Syi’ah. Jika lawan bicara membahas hal-hal semacam itu,
berikan jawaban singkat, dan kemudian cobalah mengarahkan dia kembali kepada
prinsip-prinsip dasar, sehingga dia tidak melihat Islam dalam sudut pandang
yang salah. Pada waktu bersamaan, jika ada aspek tertentu dalam Islam – atau
kesalahpahaman – yang mengusiknya, diskusikanlah dan cobalah membantu
menjelaskan keraguannya.
3.
Tekankan universalisme Islam (misalnya, Allah sebagai Tuhan seluruh makhluk,
satu-satunya yang patut disembah) – fakta bahwa Islam adalah jalan hidup yang
menyempurnakan seluruh wahyu Tuhan sejak zaman Nabi Adam; dengan demikian Islam
mengajarkan banyak nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang sama yang juga ada di
agama-agama besar lainnya. Dengan demikian, Islam bukanlah agama yang berbeda
dan terpisah tanpa hubungan dengan agama-agama lainnya. Jangan mengkritik atau
mencela agama lain. Sebisa mungkin, hindari membandingkan Islam dengan agama
lainnya, cukup beritahukan ajaran-ajaran dari Islam sendiri.
4.
Seringkali lebih tepat mengenalkan Islam sebagai jalan untuk mencari jawaban
terhadap masalah-masalah sosial di zaman sekarang, yang seringkali membuat
banyak orang kecewa. Jelaskan bahwa Islam membahas semua aspek kehidupan, baik
dalam kehidupan sosial begitu juga dalam permasalahan pribadi, dalam
permasalahan duniawi dan ruhani; prinsip-prinsip Islam itu luas, menjadikan
penerapannya fleksibel dan dinamis, dan dengan demikian cocok untuk setiap
waktu dan kondisi.
5.
Selalu katakan yang benar. Persiapkan diri anda sebaik mungkin dengan ilmu
Islam. Jangan pernah menerka-nerka; jika anda tidak tahu suatu permasalahan,
atau tidak yakin, katakan saja terus terang, atau arahkan non-Muslim tersebut
kepada seseorang yang lebih tahu, atau beritahu padanya bahwa anda akan
mencarikan jawaban untuknya (dan bersungguh-sungguhlah dalam mencarikan jawaban
untuknya!) dari sumber yang terpercaya. Selalu arahkan kepada orang-orang yang
lebih berpengetahuan tentang Islam (misalnya ulama, da’i, guru agama, dsb) ketika
pertanyaan yang sulit muncul. Jangan pernah memberikan video, atau debat agama,
atau video yang tampak bisa menyinggung perasaannya, karena materi-materi
seperti itu tidak membuka hati dan pikirannya melainkan non-Muslim tersebut malah
akan bersikap defensif dan membuat hatinya semakin tertutup.
6.
Jangan merasa malu akan ajaran Islam – Islam dengan segala aspek, prinsip, dan
ibadahnya, adalah sebuah agama yang sempurna, yang diberikan kepada umat
manusia oleh Allah s.w.t – Dengan begitu tidak ada yang perlu disembunyikan,
atau merasa malu pada salah satu ajaran Islam. Jangan merasa tersinggung jika
seseorang mengkritisi atau menolak suatu aspek dari Islam. Tugas kita adalah
untuk menjelaskan tentang Islam sebaik mungkin – entah apakah dia menerimanya
atau tidak, itu bukan kewajiban kita, melainkan hal itu berada di tangan Allah
s.w.t.
7.
Jangan takut menerima kritikan – Seringkali orang-orang menilai Islam dengan
melihat pada umat Muslim, dan tentu ada sebagian Muslim yang tidak mengikuti
ajaran Islam. Kita harus mengakui kesalahan seperti itu, dan tunjukkan bahwa
“kesalahan” itu berasal dari orang itu sendiri, sedangkan Islam sendiri adalah
sebuah jalan hidup yang sempurna untuk manusia dan memberikan ketenangan,
kebahagiaan, dan kedamaian yang penuh jika diikuti dengan bersungguh-sungguh.
Jangan mencela ajaran agama lain. Hal ini tidak ada gunanya, dan hanya akan
membuat si pendengar membalasnya dengan menyerang ajaran Islam. Untuk
non-Muslim tersebut, kita pertama-tama harus membangun aqidah orang itu, dan
membangun kecintaannya akan Islam. Mengajarkan praktek-praktek ibadah dalam
Islam baru dilakukan setelah dia mencintai Islam.
Kita
harus membuat non-Muslim itu merasa nyaman dengan kita, sehingga dia bisa
mengeluarkan keluhannya, dan merasa nyaman ditemani oleh Muslim yang tulus, untuk
belajar tentang Islam. Jangan sampai dia merasa tidak nyaman.
Setiap
Muslim dengan ilmu yang memadai tentang Islam dapat menjadi da’i dan berdakwah
tapi keefektifan dakwahnya bergantung pada kedewasaannya ketika berbicara pada
orang lain. Kita harus selalu menghormati dan santun kepada non-Muslim, tidak
peduli seberapa tersesatnya mereka dalam pandangan kita. Kita harus
sering-sering mengingatkan diri sendiri bahwa setiap manusia telah diciptakan
oleh Allah dengan potensi yang sama untuk mencapai derajat yang tertinggi di
sisi-Nya. Dengan demikian, mungkin saja pada suatu hari nanti mereka malah bisa
menjadi Muslim yang lebih baik daripada kita sendiri.
Yang
terakhir, ingatlah bahwa dakwah adalah kewajiban yang harus kita laksanakan
sesuai dengan kemampuan terbaik kita untuk mencari ridha Allah. Jangan takut!
Meskipun dakwah adalah tanggung jawab yang cukup besar, kita harus ingat bahwa
kita tidak melakukannya seorang diri. Allah selalu bersama kita. Dia akan
memberikan pertolongan kepada hamba-hamba-Nya yang tulus dan rendah hati dalam
mencari ridha-Nya.
Bolehkah Mendakwahi non-Muslim ? (Ilmu Dakwah Islam)
0 Response to "Bolehkah Mendakwahi non-Muslim ? (Ilmu Dakwah Islam)"
Post a Comment